0
0
Jepang tengah memimpin revolusi dalam teknologi baterai dengan investasi besar pada Solid-State Battery (baterai solid-state). Baterai jenis ini menggunakan elektrolit padat alih-alih cairan, menjanjikan kepadatan energi yang jauh lebih tinggi, waktu pengisian yang lebih cepat, dan yang terpenting, keamanan yang lebih baik karena risiko kebakaran yang minim. Inovasi ini dilihat sebagai upaya strategis Jepang untuk menantang dominasi Tiongkok dalam produksi baterai Litium-ion konvensional.
Keunggulan teknis baterai solid-state sangat menarik bagi industri otomotif Jepang, yang dikenal mengutamakan kualitas dan keselamatan. Dengan kemampuan untuk memberikan jarak tempuh yang lebih jauh dengan ukuran paket baterai yang lebih kecil, teknologi ini dianggap krusial untuk membuat Kendaraan Listrik (EV) Jepang lebih kompetitif secara global. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan berpacu untuk mengkomersialkan teknologi ini dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, tantangannya terletak pada skalabilitas dan biaya produksi. Memproduksi baterai solid-state secara massal dengan biaya yang bersaing masih menjadi hambatan utama. Tiongkok, dengan basis manufaktur dan rantai pasokan Litium-ion yang sudah matang, memiliki keunggulan biaya yang signifikan, memaksa Jepang untuk berinvestasi pada jalur produksi yang sepenuhnya baru dan inovatif.
Jika Jepang berhasil membawa baterai solid-state ke pasar dalam skala besar dan harga yang terjangkau, ini akan secara fundamental mengubah lanskap EV global. Revolusi ini tidak hanya akan mengancam dominasi Tiongkok, tetapi juga dapat menjadi pendorong utama adopsi EV generasi berikutnya di seluruh Asia.
