Jakarta – Bank sentral di berbagai negara maju baru-baru ini menerapkan serangkaian kebijakan moneter ketat, termasuk kenaikan suku bunga acuan yang signifikan. Langkah ini, yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi domestik, mulai menunjukkan dampak yang meluas pada rantai pasok dan harga pangan global.
Menurut laporan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), biaya operasional pertanian dan logistik mengalami peningkatan tajam akibat kenaikan biaya pinjaman dan apresiasi mata uang tertentu. Di sisi lain, beberapa komoditas utama seperti gandum, kedelai, dan jagung, mengalami volatilitas harga yang ekstrem.
Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Dr. Budi Santoso, menjelaskan bahwa kebijakan ini menciptakan dilema. “Inflasi yang diakibatkan oleh perang dan gangguan pasokan memang perlu dikendalikan, tapi kenaikan suku bunga tinggi bisa memperlambat investasi di sektor pertanian dan menekan daya beli masyarakat di negara berkembang,” ujarnya. Pemerintah dan lembaga internasional didorong untuk mencari solusi koordinatif agar stabilitas harga pangan dapat terjaga tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.