Mobil listrik sering dipandang sebagai masa depan industri otomotif. Namun, hingga kini, salah satu kendala terbesarnya adalah harga yang masih jauh dari jangkauan masyarakat menengah. Pertanyaannya: kapan mobil listrik murah akan benar-benar hadir di pasar global?
Harga mobil listrik dipengaruhi terutama oleh biaya baterai. Meskipun biaya produksi baterai lithium-ion terus menurun dalam satu dekade terakhir, porsinya masih mencapai sekitar 40% dari total harga kendaraan. Inilah alasan mengapa mobil listrik entry-level pun masih tergolong mahal dibanding mobil konvensional.
Beberapa produsen besar seperti Tesla, BYD, dan Wuling sudah mencoba menekan harga dengan meluncurkan model-model kecil dan ringkas. Contoh suksesnya adalah Wuling Air EV di Indonesia yang relatif lebih terjangkau, walaupun kapasitas dan fitur masih terbatas.
Tantangan lain datang dari infrastruktur pengisian daya. Mobil listrik murah tanpa jaringan charger yang luas akan sulit diterima masyarakat luas. Negara-negara maju berinvestasi besar untuk membangun stasiun pengisian cepat, namun negara berkembang masih tertinggal jauh.
Subsidi pemerintah juga memainkan peran penting. Negara-negara Eropa, Cina, hingga Amerika Serikat memberikan insentif pajak besar untuk mendorong adopsi EV. Tanpa subsidi, harga mobil listrik akan sulit bersaing dengan kendaraan berbahan bakar fosil.
Teknologi baterai solid-state dan produksi massal diharapkan bisa memangkas harga lebih drastis. Jika riset ini berhasil, mobil listrik murah bukan lagi sekadar janji.
Namun, ada pertanyaan besar: apakah murah berarti aman dan berkualitas? Produsen dituntut menjaga standar keselamatan meski menekan biaya. Pasar tentu tidak akan menerima mobil murah tapi berisiko tinggi.
Mobil listrik murah juga punya potensi besar untuk negara berkembang, di mana kebutuhan transportasi terjangkau sangat tinggi. Jika terwujud, EV murah bisa menjadi solusi ramah lingkungan sekaligus alat mobilitas rakyat.
Kesimpulannya, mobil listrik murah kemungkinan besar akan hadir sebelum 2030. Namun, kehadirannya tergantung pada tiga faktor: inovasi baterai, kebijakan pemerintah, dan kesiapan infrastruktur.