Slow Living: Hidup Santai di Era Serba Cepat

Slow Living: Hidup Santai di Era Serba Cepat

0 0
Read Time:58 Second

Di tengah dunia yang serba cepat dan kompetitif, lahirlah tren slow living. Filosofi ini mengajak orang untuk memperlambat ritme hidup, menikmati setiap momen, dan tidak terjebak dalam tekanan produktivitas berlebihan.

Slow living bukan berarti malas atau anti produktif. Justru, gaya hidup ini menekankan pada kualitas hidup yang lebih seimbang: makan dengan sadar, bekerja dengan fokus, dan meluangkan waktu untuk diri sendiri maupun keluarga.

Banyak orang yang beralih ke slow living setelah merasa lelah dengan gaya hidup hustle culture. Mereka mulai pindah ke pedesaan, menanam makanan sendiri, atau sekadar mengurangi penggunaan media sosial.

Keunggulan slow living adalah menurunkan tingkat stres. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempraktikkan pola hidup lebih santai cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

Tren ini juga mendorong konsumsi berkelanjutan. Orang yang hidup lebih lambat biasanya membeli barang seperlunya, sehingga lebih ramah lingkungan.

Namun, slow living sering dianggap tidak realistis di kota besar. Biaya hidup tinggi dan tuntutan pekerjaan membuat banyak orang sulit menerapkannya secara penuh.

Meski begitu, sebagian kecil praktik slow living tetap bisa dilakukan, seperti menikmati sarapan tanpa tergesa, berjalan kaki, atau mengurangi multitasking.

Slow living mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya soal mengejar target, tapi juga soal menikmati perjalanan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %